format makalah filsafat bahasa yang dikumpulin buat UAS :"
iniloh takehome pengganti UAS, jadwalnya hari terakhir. malah selesai paling pertama. agak lucu ya, ngerjain tugas sambil seneng seneng nonton film Habibie dan Ainun. yah, inilah filsafat. objek materialnya luas :))
iniloh takehome pengganti UAS, jadwalnya hari terakhir. malah selesai paling pertama. agak lucu ya, ngerjain tugas sambil seneng seneng nonton film Habibie dan Ainun. yah, inilah filsafat. objek materialnya luas :))
Tindak Tutur
Tokoh Habibie dalam Film “Habibie dan Ainun”
Berdasarkan Speech Acts Theory J.L Austin
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
A. Latar Belakang
B.
Rumusan
Masalah
- Bagaimana tindak tutur tokoh Habibie di film “Habibie dan Ainun”?
- Bagaimana bentuk Speech Acts Theory menurut John Langsaw Austin?
- Bagaimana bentuk bentuk Speech Acts tindak tutur tokoh Habibie di film “Habibie dan Ainun” ?
C.
Tujuan
Makalah
- Memberikan penjelasan tentang tindak tutur tokoh Habibie di film “Habibie dan Ainun”.
- Memberikan penjelasan tentang bentuk Speech Acts Theory menurut Austin.
- Memberikan penjelasan tentang tindak tutur tokoh Habibie di film “Habibie dan Ainun” ditinjau dari Speech Acts Theory John Langsaw Austin.
Bab II
Pembahasan
A.
Film
“Habibie dan Ainun”
B.
Speech Acts Theory John Langsaw Austin
Daftar Pustaka
John Langshaw Austin
dilahirkan di Austin Inggris (1911), belajar filologi klasik
serta filsafat di Oxford dan menjadi profesor di sana. Biarpun ia sendiri
menerbitkan sedikit sekali tulisannya (pemikirannya), namun dengan
kuliah-kuliahnya dan diskusi-diskusi berkala, ia mempunyai pengaruh besar dalam
kalangan filosofis Oxford. Sesudah ia meninggal pada umur 48 tahun tiga buku
diterbitkan oleh J.O. Urssin dan G.J. Warnock (Philosophical papers 191:
edisi yang diperluas 1970) mereka mengumpulkan paper yang pernah dibawakan
Austin pada perbagai kesempatan; sense and sensi
bilia (1962) bahkan memuat bahan kuliah yang diberikannya di Oxford dan salah satu karyanya yang
termahsyur adalah How To Do Things With
Words, yang diterbitkan untuk perama kali dua tahun setelah kematiannya
(1962).[1]
Menurut Austin, tidak sedikit masalah filosofis
akan tampak dalam bentuk baru kalau didekati dengan menggunakan alat-alat yang
terbenam dalam bahasa sehari-hari. Oleh karena itu, Austin selalu menekankan
bahwa penggunaan bahasa tidak boleh dilepaskan dari situasi konkrit di
mana ucapan-ucapan kita dikemukakan dan juga dari fenomen-fenomen yang
dimaksudkan dengannya.[2] Ia menaruh perhatian pada kelompok ujaran yang
tidak dimaksudkan untuk menyatakan benar atau salah. Maka salah satu karyanya
yang termasyur adalah perbedaan yang dibuatnya antara: Austin membedakan jenis ucapan yang sering kita jumpai
dalam bahasa pergaulan sehari-hari menjadi dua, yakni:
a)
Ucapan
Konstatif (Constative Utterance)
Ucapan Konstatif adalah
ucapan atau tuturan yang kita pergunakan manakala kita menggambarkan suatu
keadaan yang faktual. Dalam batas ini pandangan Austin masih sejalan dengan
faham atomisme logik dan positivisme logik. Istilah “konstatif” ini
dipergunakan Austin untuk menggambarkan semua pernyataan yang dapat dinilai
benar atau salahnya.[3] Untuk
menjelaskan hal di atas dapat kita ajukan beberapa contoh:
•
Sebagian
nelayan sedang menyiapkan perahu di pinggiran pantai.
·
Dia
mencium wewangian ketika melewati toko parfum.
Pernyataan di atas merupakan
ucapan konstatif, sebab menggambarkan keadaan faktual atau peristiwa yang dapat
diperiksa benar atau salahnya. Ujaran konstatif memiliki daya untuk menjadi
benar atau salah. Oleh karena itu Austin menegaskan bahwa pada hakekatnya
ucapan konstatif itu berarti membuat pernyataan yang isinya mengandung acuan
histori atau peristiwa nyata[4].
b) Ucapan Performatif (Performative Utterance)
Austin menegaskan ucapan performatif tidak dapat
dikatakan benar atau salah seperti halnya ucapan konstatif melainkan pantas
atau tidak (happy or anhappy) untuk diucapkan seseorang[5]. Di dalam ucapan performatif ini peranan si
penutur dengan berbagai konsekuensi yang terkandung dalam isi ucapannya
sangat diutamakan. Untuk memperoleh penjelasan yang rinci kita dapat melihat
contoh sebagai berikut:
· Saya berjanji akan memberi hadiah kepada saudara,
jika saya naik pangkat.
· Saya memberikan dan mewariskan jam kepunyaan saya
ini kepada saudara saya.
Menurut pendapat Austin[6], kita dapat mengetahui bentuk ucapan performatif
ini melalui ciri-ciri berikut:
1)
Diucapkan
oleh orang pertama
2)
Orang
yang mengucapkannya hadir dalam situasi tertentu
3)
Bersifat indikatif
(mengandung pernyataan tertentu)
4) Orang yang mengucapkannya terlibat secara aktif
dengan isi pernyataan tersebut.
Keempat ciri bisa
saja dikenakan pada ucapan konstatif, namun penekanan utama dalam ucapan
konstatif tidak terletak pada si penutur (subjek), melainkan pada objek
tuturan-dalam hal ini peristiwa faktual. Sedangkan dalam ucapan performatif,
penekanan utama tetap diletakkan pada si penutur dengan kepantasan dalam
pengucapan.
Dalam karyanya ‘How to do Things with Words’ Austin juga
berupaya untuk merinci macam-macam ungkapan bahasa dalam kaitannya dengan
tindakan dalam mengucapkannya atau yang dikenal dengan ‘speech act’[7]. Yang menarik perhatian karya
Austin adalah kemiripan pemikirannya dengan Wittgenstein yang kedua, yaitu
filsafat bahasa biasa. Salah satu kelebihan filsafat Austin adalah mampu
mengolah filsafat bahasa biasa dalam suatu perspektif yang bersifat menyeluruh.
Menurut Austin bahwa dalam filsafat bahasa biasa tidak hanya terbatas pada
analisis makna bahasa biasa saja melainkan juga menganilis macam-macam ungkapan
atau ucapan dalam kaitannya dengan tindakan si penutur.
Austin
membagi tiga macam tindakan bahasa yang dapat memainkan peranan, jika seseorang
mengucapkan suatu kalimat. Ketiga tindakan tersebut adalah :
1. Locutionary
act
Locutionary
act artinya
suatu tindakan bahasa yang dilakukan jika akan menyampaikan suatu makna
tertentu. Austin menggolongkan locutionary
act menjadi tiga jenis tindak bahasa, yaitu phonetic act, phatic act, dan rhetic act.
a. Phonetic
act adalah
tindakan bahasa dengan mengucapkan bunyi tertentu.
b. Phatic
act adalah
pengucapan kosa kata tertentu, misalnya jenis bunyi tertentu, termasuk kosa
kata yang membentuk suatu tata bahasa tertentu.
c. Rhetic
act adalah
penampilan suatu tindakan bahasa dengan menggunakan kosa kata yang ada pada phatic act, dengan pengertian dan acaun
yang kurang lebih sudah pasti.
2. Illocutionary
act
Illocutionary
act
merupakan tindakan bahasa dalam mengatakan sesuatu dengan menggunakan daya yang
khas, yang membuat si pembicara bertindak maupun berlaku karena apa yang
dikatakan atau diucapkan. Dalam bukunya How
To Do Things With Words, Austin membagi illocutinoary
act menjadi lima. Hal ini dilakukan karena ia ingin memperjelas perbedaan
antara ucapan konstantif dengan ucapan performatif yang pernah diutarakannya.
Lima jenis illocutionary act adalah verdictives, exercitives, commissives, behabitives,dan expositives.
a)
Verdictives
Tindakan bahasa verdictif adalah suatu tindakan bahasa
dalam mengatakan sesuatu yang ditandai dengan adanya suatu keputusan
sebagaimana dilakukan oleh hakim, wasit dan juri. Tindakan bahasa ini memiliki
hubungan dengan kebenaran dan kesalahan, menurut ketepan itulah isi dari suatu
keputusan. Tindakan-tindakan bahasa yang termasuk dalam tindakan verdiktif
antara lain, membebaskan, menghukum, memutuskan, menyangka, menafsirkan,
memahami, memperhitungkan, dan lain-lain.
b)
Exercitives
Tindakan bahasa exersitif adalah suatu jenis tindakan
bahasa yang merupakan akibat adanya kekuasaan, hak, atau pengaruh.
Macam-macam contoh tindakan tersebut adalah menunjuk, memilih, memerintahkan,
memaksa, menasehati, memperingatkan, memproklamirkan, mengarahkan, dan
lain-lain.
c)
Commistives
Tindakan bahasa commisif adalah jenis tindakan bahasa
dengan melakukan suatu perbuatan atau perjanjian. Hal ini memiliki konsekuensi
kepada si penutur bahasa untuk melakukan sesuatu. Secara lebih luas sebenarnya
tindakan bahasa macam ini mempunyai suatu hubungan dengan tindakan verdiktif
dan exersitif. Contoh-contoh tindakan bahasa kommisif ini adalah: berjanji,
bersumpah, menyetujui, mengumumkan, melawan, bertaruh, mendukung, dan lain-lain.
d)
Behabitives
Tindakan bahasa behabitif adalah tindakan bahasa dalam
melakukan sesuatu yang menyangkut simpati, sikap, memaafkan, atau memberikan
selamat, yang senantiasa timbul dalam komunikasi sosial. Seseorang dalam
melakukan tindakan bahasa tersebut memiliki tujuan bagi orang yang diajak
bicara yaitu untuk mengibur, misalnya bagi yang sedang mengalami kesusahan,
ikut bergembira bilamana yang diajak berbicara baru mengalami kebahagiaan atau
kesenangan, juga meminta maaf jikalau melakukan sesuatu kesalahan.
e)
Expositives
Tindakan bahasa expositif adalah tindakan bahasa yang
digunakan dalam tindakan memberikan suatu pandangan, memberikan suatu
keterangan atau pendapat, memberikan suatu penjelasan tentang
penggunaan-penggunaan dan dari acuan.
Tindakan bahasa ‘verdiktif’
adalah suatu tindakan bahasa yang digunakan untuk memutuskan, tindakan bahasa
‘exersitif’ adalah tindakan bahasa yang berkaitan dengan suatu pernyataan yang
tegas dalam hal pengaruh atau kekuatan, tindakan bahasa ‘kommisif’ adalah
penerimaan suatu kewajiban atau pernyataan suatu kehendak; tindakan bahasa
‘behabitif’ adalah tindakan adalah tindakan bahasa yang menyangkut persetujuan,
sikap dan yang terakhir tindakan bahasa ‘expositif’ adalah suatu tindakan
bahasa dalam menguraikan, menjelaskan, memberikan argumentasi serta komunikasi
dalam masyarakat. Sehingga dengan demikian kelima macam bahasa ‘illokusi’
tersebut sebenarnya saling berkaitan.
3. Perlocutionary
act
Perlocutionary
act artinya
suatu tindakan bahasa yang karena ucapan atau tindakan bicara si pembicaram
timbul efek pada si pendengar, baik aktif maupun pasif. Hal ini berbeda dengan
‘lokusi’ dan ‘illokusi’ yang lebih menekankan pada peranan tindakan si penutur
bahasa.
Tindakan bahasa perlokusi merupakan suatu tindakan
bahasa dalam mengatakan sesuatu dengan maksud untuk menimbulkan efek, reaksi,
atau respon atas pikiran atau tindakan pada orang yang diajak bicara. Oleh
karenanya, pada tindakan bahasa perlokusi memiliki hubungan dengan akibat yang
ditimbulkan berkaitan dengan isi ucapan atau ungkapan bahasa bagi si pendengar.
Ungkapan-ungkapan
bahasa yang termasuk pada kelompok tindakan bahasa ‘perlokusi’ antara lain: meyakinkan,
menipu, menakuti, membujuk, merayu, mengarahkan, dan sebagainya.
C. Speech Acts Theory dalam Tindak Tutur Tokoh Habibie film “Habibie dan Ainun”
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Kesimpulan
Dari sudut
pandang filsafat bahasa, tokoh Habibie dalam
film Habibie dan Ainun memiliki
tindak tutur yang dapat dikategorikan berdasarkan Speech Act Theory. Speech Act Theory dikenalkan oleh filsuf
analitik Inggris yang bernama John Langshaw Austin di dalam buku “How to Do Things With Words”. Speech Act Theory lebih banyak membahas tentang
penggunaan bahasa biasa.
Austin
membedakan tindakan bahasa, yaitu :
Tindak tutur
tokoh Habibie dalam film Habibie dan
Ainun dapat diklasifikasikan dan dibedakan menjadi beberapa macam tindakan
bahasa dan jenis ucapan, sesuai dengan Speech
Act Theory menurut Austin.
[1] Rizal
Mustansyir, “Aliran dalam Filsafat
Analitik”, halaman 102
[2] Ibid, halaman 103
[3] Austin, How To Do Things with Words, halaman 3
[4] Ibid., halaman 6
[5] Ibid., halaman 54
[6] Ibid., halaman 56-57
[7] Kaelan, Filsafat Analitika Bahasa, halaman 90