Wednesday, May 22, 2013

Kasus Eyang Subur bentuk Pengalihan Isu

at 5/22/2013

Pada pertengahan bulan April, media dipenuhi berita mengenai kasus Adi Bing Slamet dan Eyang Subur. Baik media cetak maupun elektronik. Kasus seorang artis yang melibatkan mantan guru spiritualnya itu seakan-akan kasus yang sangat urgent, sehingga hampir di semua media memberitakaan mereka. Kasus Eyang Subur muncul dikala banyak isu-isu miring terhadap kinerja pemerintah.
Jika kita melihat peristiwa yang terjadi pada bulan April 2013, banyak hal-hal yang lebih relevan untuk diangkat ke media daripada kasus Eyang Subur. Diantaranya masalah keterlambatan penyebaran soal Ujian Nasional (UN) SMA, kasus korupsi daging sapi impor, dualitas harga BBM, hingga kasus pencabulan yang dilakukan oleh anggota dewan di Surabaya juga tak terlihat oleh publik.
Pelaksanaan Ujian Nasional dilaksanakan setiap tahun guna mengukur hasil belajar siswa yang telah menempuh pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Ujian Nasional berlaku pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) serta yang setara dengan jenjang tersebut. Namun, dalam pelaksanannya banyak sekali terjadi kendala pada UN jenjang SMA. Seperti yang terjadi pada tahun 2013, masalah UN terulang ketika distribusi penyebaran soal mengalami keterlambatan. Keterlambatan itu terjadi pada 11 provinsi di Indonesi, khususnya bagian timur. Lalu, masalah yang serius seperti ini bagaikan angin lalu, karena kasus Eyang Subur dan Adi Bing Slamet.
Kasus korupsi yang dilakukan oleh presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengenai daging sapi impor juga mengalami ‘pengalihan’. Sebelum adanya masalah Eyang Subur dan Adi  Bing Slamet, kasus korupsi yang dilakukan oleh Luthfi Hasan menjadi perhatian publik. Karena partai yang dipimpin oleh Lutfi merupakan partai yang bercirikan agamis, yang dipercayai jauh dari tindakan-tindakan kejahatan semisal korupsi. Tetapi kenyataannya, presiden partai tersebut melakukan tindak pidana korupsi yang merugikan Indonesia senilai 1 milyar.
Kenaikan harga BBM yang dikhususkan oleh pengguna mobil hanya sekilas terdengar oleh masyarakat Indonesia. Dualitas harga BBM sebagai wacana kebijakan pemerintah dalam mengurangi subsidi BBM menjadi permasalahan yang sangat pelik. Bagaimana tidak, ketika kita akan mengisi bahan bakar di suatu SPBU, akan terjadi kesenjangan harga yang digunakan oleh pengguna motor dan pengguna mobil. Apakah solusi semacam ini merupakan solusi terbaik dalam mengurang subsidi BBM oleh pemerintah? Dan kabar ini pun sedikit tenggelam oleh kasus Eyang Subur dan Adi Bing Slamet.
Masih banyak tindak kriminal yang tertutupi oleh kasus yang sebenarnya tidak perlu dipublikasikan secara ‘bombastis’ seperti ini. Karena, kasus seperti ini cukup ditangani oleh pihak kepolisisan, sama seperti kasus-kasus kriminal lain. Apa karena seorang Adi Bing Slamet itu seorang artis, sehingga permasalahan semacam ini dianggap serius, lalu menutupi isu-isu bahkan masalah-masalah yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya peran media Indonesia  bersikap lebih bijak dalam menyebarkan informasi yang diperlukan masyarakat Indonesia. Tidak melulu masalah gosip yang berlebihan seperti ini. Banyak isu miring yang harus diperjelas oleh pemerintah kepada masyarakat. Dan tidak hanya isu miring, prestasi-prestasi pemerintah dan masyarakat Indonesia juga perlu dipublikasikan oleh media. (tmi)
 

r e g e n b o g e n Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review