Pada
pertengahan bulan April, media dipenuhi berita mengenai kasus Adi Bing Slamet
dan Eyang Subur. Baik media cetak maupun elektronik. Kasus seorang artis yang
melibatkan mantan guru spiritualnya itu seakan-akan kasus yang sangat urgent, sehingga hampir di semua media
memberitakaan mereka. Kasus Eyang Subur muncul dikala banyak isu-isu miring
terhadap kinerja pemerintah.
Jika kita
melihat peristiwa yang terjadi pada bulan April 2013, banyak hal-hal yang lebih
relevan untuk diangkat ke media daripada kasus Eyang Subur. Diantaranya masalah
keterlambatan penyebaran soal Ujian Nasional (UN) SMA, kasus korupsi daging
sapi impor, dualitas harga BBM, hingga kasus pencabulan yang dilakukan oleh
anggota dewan di Surabaya juga tak
terlihat oleh publik.
Pelaksanaan
Ujian Nasional dilaksanakan setiap tahun guna mengukur hasil belajar siswa yang
telah menempuh pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Ujian Nasional berlaku
pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) serta yang setara dengan jenjang
tersebut. Namun, dalam pelaksanannya banyak sekali terjadi kendala pada UN
jenjang SMA. Seperti yang terjadi pada tahun 2013, masalah UN terulang ketika
distribusi penyebaran soal mengalami keterlambatan. Keterlambatan itu terjadi
pada 11 provinsi di Indonesi, khususnya bagian timur. Lalu, masalah yang serius
seperti ini bagaikan angin lalu, karena kasus Eyang Subur dan Adi Bing Slamet.
Kasus korupsi
yang dilakukan oleh presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengenai daging
sapi impor juga mengalami ‘pengalihan’. Sebelum adanya masalah Eyang Subur dan
Adi Bing Slamet, kasus korupsi yang
dilakukan oleh Luthfi Hasan menjadi perhatian publik. Karena partai yang dipimpin
oleh Lutfi merupakan partai yang bercirikan agamis, yang dipercayai jauh dari
tindakan-tindakan kejahatan semisal korupsi. Tetapi kenyataannya, presiden
partai tersebut melakukan tindak pidana korupsi yang merugikan Indonesia
senilai 1 milyar.
Kenaikan harga
BBM yang dikhususkan oleh pengguna mobil hanya sekilas terdengar oleh
masyarakat Indonesia. Dualitas harga BBM sebagai wacana kebijakan pemerintah
dalam mengurangi subsidi BBM menjadi permasalahan yang sangat pelik. Bagaimana
tidak, ketika kita akan mengisi bahan bakar di suatu SPBU, akan terjadi
kesenjangan harga yang digunakan oleh pengguna motor dan pengguna mobil. Apakah
solusi semacam ini merupakan solusi terbaik dalam mengurang subsidi BBM oleh
pemerintah? Dan kabar ini pun sedikit tenggelam
oleh kasus Eyang Subur dan Adi Bing Slamet.
Masih banyak
tindak kriminal yang tertutupi oleh kasus yang sebenarnya tidak perlu dipublikasikan
secara ‘bombastis’ seperti ini. Karena, kasus seperti ini cukup ditangani oleh
pihak kepolisisan, sama seperti kasus-kasus kriminal lain. Apa karena seorang
Adi Bing Slamet itu seorang artis, sehingga permasalahan semacam ini dianggap
serius, lalu menutupi isu-isu bahkan masalah-masalah yang terjadi di Indonesia.
Oleh karena itu, sebaiknya peran media Indonesia bersikap lebih bijak dalam menyebarkan
informasi yang diperlukan masyarakat Indonesia. Tidak melulu masalah gosip yang berlebihan seperti ini.
Banyak isu miring yang harus diperjelas oleh pemerintah kepada masyarakat. Dan
tidak hanya isu miring, prestasi-prestasi pemerintah dan masyarakat Indonesia
juga perlu dipublikasikan oleh media. (tmi)