Sunday, April 04, 2021

Mengapa Seni Mencintai terlalu rumit?

at 4/04/2021

 Seringkali keputusan diambil hanya berdasar pikiran pendek dan emosi sesaat. Namun, apa yang terjadi jika keputusanmu dengan pertimbangan dan perencanaan yang cukup matang yang sudah dibuat, tertolak dengan alasan tertentu? Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara agar supaya kamu bisa menerima dan mengikhlaskan keputusan yang berseberangan dengan keinginan atau perencanaanmu?


Dalam sebuah hubungan, ada pihak yang didominasi dan mendominasi. Tidak harus selalu pada bagiannya, kadang mereka juga saling berbagi pihak. Katakanlah kasus yang akan ku ceritakan ini. Putri sebagai perempuan superior, tentu dalam banyak hal, ia lebih senang untuk mendominasi. Berseberangan dengan pasangannya, Bari yang memiliki sifat inferior, dengan senang hati memilih untuk didominasi.
Tapi, apakah sebuah hubungan akan selamanya seperti itu?

Agak bimbang ketika sang Putri yang terbiasa dengan superioritasnya menjadi terpatahkan dengan sebuah keputusan kecil nan sepele dari Bari. Butuh waktu beberapa hari untuk mencerna alasan yang Bari sampaikan agar Putri tidak mengunjunginya dalam waktu dekat dengan segala pertimbangan. Terlepas dari ketidaktahuan Bari atas persiapan dan perencanaan yang sudah dibuat Putri, juga alasan kuat mengapa ia ingin mengunjungi Bari, itu semua harus dikubur dan silahkan coba di lain waktu. Pun, jika si Putri masih berkenan untuk mengunjungi Bari.

Putri dan Bari. Mereka pasangan yang mungkin baru saja melewati masa-masa penanaman bibit benih percintaan. Dalam istilah saat ini, kebucinan bisa dilekatkan pada mereka yang sudah cukup dewasa secara usia. Tapi mungkin si Putri lupa, bahwa pasangan dan rasa cinta seringkali melanggar batasan, sama seperti apa yang sudah disampaikan oleh Erich From dalam bukunya Seni Mencintai.

Manusia boleh saja falling in love, standing in love, being in love, tapi jangan lupa dengan dirinya sendiri. Seringkali, bucin yang sedang menghampiri pasangan muda, ntah itu dalam ikatan pacaran atau pernikahan, sering larut dalam masanya. Hingga ia lupa, bahwa hidup ini tidak hanya manis percintaan, tapi juga kepahitan ketika apa yang sudah kamu rencanakan tidak berjalan dgn semestinya.

Apakah Seni Mencintai diajarkan untuk menerima dan mengikhlaskan? Apakah Seni Mencintai artinya saling menguasai satu sama lain? Jika bukan atas nama kekuasaan, mengapa Putri memiliki keputusan untuk mengunjungi Bari? Apakah itu bisa disebut kebahagiaan ketika berjumpa?
Apakah kebahagiaan sebatas perjumpaan? Mengapa Seni Mencintai terlalu rumit?
Tidak bisakah ia berjalan dengan seperti sedia kala?
Bahkan, kita pun tak tau sedia kala yang mana yang diharapkan akan berjalan
 

r e g e n b o g e n Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review