Thursday, July 02, 2020

Aku Cinta Kamu Ada Apanya (!)

at 7/02/2020
Catatan ini tertulis atas respon dari sebuah tulisan di laman sebelah yang berjudul Menerima Apa Adanya Itu Tak Pernah Apa Adanya .

Setiap penerimaanku selalu ada konsekuensi dibaliknya, entah menjalankan tanggung jawab, atau mengikuti aturan moral masyarakat. Tanggungan itu tak bisa diabaikan begitu saja, mengabaikan pun itu tanggung jawab, bukan hanya konsekwensi atas tindakan, penerimaanku tak pernah begitu saja

Pada akhirnya kau memilih untuk melepaskan tanggungjawabmu. Atau kesimpulan yang bisa diambil adalah kau bahkan tidak menerima ku. Karena, ya! Kau memilih ku ada apanya. Ku ulangi sekali lagi, kau tidak menerima ku karena menurutmu, penerimaanmu tak pernah begitu saja.

Aku tidak bersumpah atas kehilangan aku padamu. Aku juga tidak bersumpah semua kesakitan ini akan menimpamu. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyumpahi orng-orang yang dengan sengaja atau tidak menyakitiku. Doaku menyertai kalian semua. Begitulah seharusnya. Akupun tidak memusingkan harus memikirkan kau yang menggoreskan luka teramat dalam.
Sakit, perih, berdarah dalam tangisan. Sudah cukup ku rasakan. Durasi untuk berada dalam kesakitan memang tidak terlalu lama. Kelihatannya. Nyatanya, untuk mendoakanmu dalam kebaikan pun aku masih angkuh. Aku masih sombong ntah sampai kapan. Ku pikir, tidak menghujat dan menyumpahimu saja sudah cukup alih-alih mendoakanmu dalam kebaikan. Sebentar. Semoga suatu saat kekuatanku akan sampai kesana. Mendoakanmu dalam kebaikan.

Ntah apa yang kau pikirkan tentangku. Selalu kau sebut aku yang menjebakmu; aku yang menyeretmu masuk ke dalam pusaranku; aku yang menjerumuskanmu. Apapun itu, aku terima. Bahkan aku masih menerima kesakitan itu sembari menahanmu untuk tetap bersamaku.

Januari, ekspektasiku yang terlalu tinggi terhadapmu. Lalu kau meninggalkanku atas realita yang begitu jatuh ke jurang setelah kau memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi terhadapku. Ku pikir, aku sudah cukup merendahkan ekspektasiku agar jika realita tidak sesuai dengannya, tidak terlalu sakit penerimaannya.

Juni, kau membuatnya runtuh. Luluhlantak. Habis tak bersisa. Katamu, aku yang menghancurkan semuanya. Katamu, rasa itu kosong dan hampa, hilang begitu saja. Jika saja kau bisa menilik dan membaca hatimu, ku pikir itu hanya pikiranmu yang terlalu negatif. Masih ada aku di dalamnya, begitulah keyakinanku. Tapi ternyata selama ini aku mimpi buruk dalam realita. Atau aku mimpi indah dalam realita.

Mimpi indah dalam realita. Januari Februari, aku masih dalam kesadaran. Maret, aku terbuai mimpi indah. April Mei, aku mulai memasuki mimpi buruk. Juni, mulai memasuki realita kembali. Realita yang teramat pahit. Juli, sadarlah; bertahanlah; tumbuhlah; berkembanglah.

Tulisan ini ku rangkai untuk menyampaikan pesanku padamu yang tak ingin ku kirim secara langsung atau ku ucap di depanmu. Pesanku tak banyak dan tak panjang. Ubah saja motto hidupmu menjadi Aku Mencintaimu Ada Apanya (!)
Meski tak pernah kau bilang cinta duluan. Meski jawaban love you too doesnt make you stay. Meski bla bla bla sudah kita lakukan. Semua itu semu. Kau tetap pergi. Oke baik jika kau tidak pergi dan rumahmu masih disana, tapi kau memilih mundur. Iya, mundur katamu. Mundur menjadi kata yang officially menyudahi kita.
Ingatlah rasa ini seumur hidupmu. Bahkan aku terlalu percaya diri untuk mengatakan banyak yang lebih baik dariku disana hingga kau temukan yang lebih baik. Aku percaya diriku hanya sampah kotor yang kau pun tak sudi untuk menerimanya. Ingatlah aku memperjuangkanmu kala itu. Ingatlah aku mengemis padamu. Ingatlah, harga diriku yang sudah habis yang kau tepis dgn aku dan keluarga ku sudah kau injak2 harga dirinya.

Baik-baik ya. Bertingkahlah seperti itu kepada perempuan lain :)
 

r e g e n b o g e n Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review